Pada jumat (4/11/16), Institut Seni Indonesia (ISI)Padangpanjang telah melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan dalam 45 Tahun mengenang wafatanya Horidjah Adam. Dalam kegiatan tersebut berbagai rangkain kegiatan telah dilaksanakan antara lain pertunjukan karya tari Hoerijah Adam, festival tari antar SLTA, lomba melukis, seminar dan pameran foto yang berkaitan dengan hoerijah Adam.

Sedikit mengupas tentang ketokohan Hoerijah Adam, sosok ini merupakan seorang pahlawan  yang giat dalam melakukan pengembangan khusunya  kesenian di Minangkabau.  Wanita kelahiran 6 Oktober 1936 di Padangpanjang ini, telah menciptakan berbagai macam tarianyang berlandaskan ke Minagkabauan melalui gerakan-gerakan silat dan di kalaborasikan dengan teknik modern.

Tentu saja, anak dari Syeh Adam, B.B. yang merupakan seorang ulama dan mempunyai minat besar dan usaha yang nyata untuk mengembangkan kesenian ini mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Kegiatan kesenian bahkan kemudian menjadi ciri dari keluarga Adam. Saudara-saudara Hoeridjah Adam, yaitu Bustanil Arifin Adam, Irsjad Adam dan Achyar Adam, mengarahkan perhatian utamanya kebidang musik, sedangkan Hoeridjah Adam sendiri bergerak paling banyak dibidang tari dan seni lukis.

Sosok yang multi talenta tersebut saat ini tentu saja sangat jarang dan bahkan susah untuk ditemukan, jiwa seni dan disiplin yang keras dalam berkarya tercantum dalam karya-karya yang diciptakannya.

—Horidjah Adam  berikutnya?

Kesenimanan seorang Horidjah Adam tentu tidak akan pernah habis dimakan waktu, Seniman yang telah dikenal di skala nasional dan skala internasional ini akan tetap hadir. Hal ini akan terus terlihat dari karya-karyanya yang selalu di pentaskan dalam berbagai iven.

Rasmida, nama yang selalu diperbincangakan sebagai “titisan” Hoeridjah Adam lewat karya-karyanya yang berlandaskan tentang hoeridjah Adam, tentu saja menjadi beban yang sangat besar dalam menyandang sebutan itu. Lewat karya Rasmida dalam menyelesaikan ujian Doktoralnya  yang berjudul “Cahayo Garih Tangan Sako Bajawek” yang merupakan karya tari dari refleksi maestro seni Sumatra Barat ini, Rasmida mengaku sulit untuk merefleksikan bagaimana sorang Horidjah Adam itu Hadir dalam karya-karyanya.

Dalam pandangan penulis, sosok Horidjah Adam sebagai pahlawan seni tentu saja tidak bisa digantikan dengan siapapaun, baik itu dalam berkarya, bergaul, dan memandang kesenian itu sendiri, tapi karya-karya Horidjah Adam akan terus hadir, baik itu dalam teknik-teknik gerak yang telah di wariskan kepada murid-muridnya dan terus menjadi kajian dalam berkarya khusunya di ISI Padangpanjang.

—45 Tahun Hoeridjah Adam

Kegiatan yang dilaksanakan selama 7 hari tersebut, tampak jelas bahwa sangat diharapakan sosok Horidjah Adam lebih dikenal tidak hanya dalam masyarakat seni, tapi juga masyarakat luas dengan melibatkan siswa SLTA/MA dalam mengikuti berbagai rangkaian kegiatan, Tapi apakah dengan memperkenlakan sosok Horidjah Adam ke Masyarakat merupakan peran serta ISI Padangpanjang dalam menghargai Kepahlawan?

Dalam memaknai 45 Tahun Horidjah Adam, tentu saja peran serta lembaga seni dalam memaknai Hoeridjah Adam sebagai “Bundo Kanduang” kesenian Indonesia menjadi penting. Terutama dalam pengaplikasian pemikiran dan gagasan horidjah adam sebagai penerobos kesenian di Minangkabau.

Saat ini, pemaknaan tentang kehoridjah adaman belum tercermin begitu signifikan dalam rentang waktu 45 tahun tersebut. Hal ini terlihat dari hasil karya-karya yang diciptakan terutama dalam karya tari bagi mahasiswa yang  saat ini  kurang mencerminkan tentang bagaimana sebuah keratifitas muncul dari pemikiran-pemikiran Horidjah Adam yang selalu melatar belakangi karyanya berlandaskan Minangkabau dan kreasi modern, kebanyakan dari mahasiswa menciptakan karya seni tari tanpa menggunakan perpaduan tersebut.

Rangkain-rangkain acara dalam memperingati Horidjah Adam setiap tahunnya ini tentu banyak mendapatkan tanggapan positif dari berbagai pihak. Sosok Horidjah Adamjuga dijadikan tema besar dalam pelaksanaan Indonesian Dance Festival (IDF) 2016 ini. Tapi, Apakah ISI Padangpanjang sebagai “anak kandung” dari Horidjah adam hanya akan mengenang dan memperingati Horidjah Adam sekali dalam setahunnya? Dan apakah ISI Padangpanjang larut dalam nama besar Hoeridjah Adam dan mengenyampingkan pemikiran-pemikiran Horidjah Adam dengan tidak mengpalikasikan pemikiran-pemikiran dan semangat dalam berkreatifitas dalam berkesenian? Saat ini, buku yang mengupas tentang sosok Horidjah Adam dan karyanya terbitan ISI padangpanjang belum dapat kita temukan, tentu saja diharapkan ISI Padangpanjang dapat menerbitkan berbagai buku terkait pemikiran-pemikiran keseniman Horidjah Adam itu sendiri yang tentunya digunakan sebagai sumber kajian bagi mahasiswa ISI Padangpanjang pada khusunya. (*)

Padangpanjang, 17 November 2016

3 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *